Monday, September 05, 2016

Miskin Karena Kecelakaan



Tingginya angka korban tewas dalam kecelakaan selama beberapa tahun belakangan ini membuat kita semua tercengang dan korban tewas dalam kecelakaan itu di antaranya tewas dalam kecelakaan yang melibatkan sepeda motor.
Disebut kecelakaan yang melibatkan sepeda motor karena belum tentu kecelakaan itu diakibatkan oleh kesalahan pengendara sepeda motor. Bisa saja kecelakaan itu terjadi karena kesalahan atau kelalaian pengendara mobil, bus, ataupun truk.
Menurut data kepolisian Republik Indonesia tahun 2015 kecelakaan jalan di Indonesia telah merenggut  31.234 jiwa dan Kerugian ekonomi yang diderita akibat kecelakaan yang menelan korban jiwa mencapai Rp35,8 triliun.
Kita, kita tidak boleh melupakan bahwa angka 31.234 itu bukan sekadar membicarakan angka-angka, melainkan membicarakan soal manusia yang mempunyai keluarga yang ditanggungnya.
Dari data jumlah pelaku kecelakaan tersebut, dominan di antaranya adalah karyawan, yang menjadi tumpuan hidup bagi keluarganya. Dikisahkan, Sugiyono (39) tewas ketika minibus yang dikendarainya mengalami kecelakaan di Kendal, Jawa Tengah. Ia meninggalkan istrinya, Rohaya (30), dan dua anaknya, Ridwan Budi Saputra (12) dan Langgeng Dewi Permana (6). Perjalanan hidup Sugiyono di dunia sudah berakhir, tetapi istri dan kedua anaknya masih harus terus melanjutkan perjalanan hidupnya tanpa tahu dari mana biaya untuk menghidupi mereka.
Dari sebagian besar kecelakaan lalu lintas yang terjadi, penyebab terbesar adalah faktor kesalahan manusia (human error) sebanyak 65 persen, terutama karena mengantuk dan kelelahan. Penyebab kedua terbesar adalah prasarana jalan (13 persen). Penyebab ketiga adalah kelaikan kendaraan (sekitar 10 persen) dan keempat adalah laik jalan (10 persen).
Rendahnya disiplin pengendara juga menjadi salah satu penyebab terjadinya kecelakaan. Kecelakaan juga disebabkan oleh watak  pengendara  yang belum menyadari sepenuhnya betapa mahalnya harga nyawa sehingga belum tertib berlalu lintas, seperti masih  banyak masyarakat tidak saling pengertian atau egois pada saat menggunakan jalan, aksi kebut-kebutan bagi remaja dan  sejumlah faktor lainnya. Kelalaian lainnya juga sering terjadi, seperti membuka handphone saat berkendara, tidak menggunakan helm, melawan arus dan sengaja berboncengan mencapai 3 hingga 4 orang serta tidak mematuhi aturan berlalu lintas dan sengaja memodifikasi kendaraan yang membahayakan diri sendiri dan pengendara lainnya 
Jika ada imbauan kepada pengendara untuk berhati-hati saat berlalu lintas di jalan atau diminta menggunakan perangkat pengaman, jawaban mereka adalah kalau sudah takdir mau apa lagi. Mereka lupa bahwa ada keluarga yang menantikan mereka selamat sampai di rumah. Jika pengendara mengalami kecelakaan, keluarga mereka di rumah akan dimiskinkan. Jika tewas, selain harus menanggung biaya pemakaman, keluarga juga kehilangan penopang hidup. Jika cacat, keluarga selain kehilangan penopang hidup mereka juga harus menanggung biaya perawatan dan pengobatan.
Melihat kejadian yang sama berulang dari tahun ke tahun, kita pun bertanya-tanya siapa yang harus disalahkan. Paling mudah adalah menunjuk pemerintah sebagai penyelenggara kehidupan bernegara. Namun, sesungguhnya persoalannya tidaklah sesederhana itu, setiap pihak mempunyai andil sendiri-sendiri.
Menjadi pelopor keselamatan berkendara dijalan adalah suatu bentuk kepedulian bersama dari setiap lapisan masyarakat pengguna jalan. Tanggung jawab keselamatan bukan hanya tanggung jawab dari pemerintah saja namun sudah menjadi tanggung jawab kita bersama selaku pengendara dan pengguna jalan.

Sayangi diri andan dan keluarga anda, Jadikan Indonesia Aman, Nyaman, Selamat dan Sejahtera.

0 komentar:

Post a Comment